Perahu Besi Desa Ngraho dengan Rantai Besi kuno |
Perahu besi ini memiliki lambung kapal yang disekat menjadi 5 bagian. Teknik pembuatan kapal besi ini menggunakan teknik keling, yaitu menempelkan bagian demi bagian lembaran besi dengan cara di tempel dan diberi semacam paku pengait. Teknik ini digunakan membuat perahu sebelum teknik las logam dikenal oleh manusia. Hal ini menunjukkan teknik sederhana dan kemungkinan dugunakan masa sebelum kolonial Belanda. Identifikasi sementara, perahu besi ini berasal pada masa VOC Belanda (1602 - 1800) untuk mengangkut hasil bumi di pedalaman Pulau Jawa untuk diperdagangkan keluar pulau Jawa.
Punden Mbah Pung Prodo |
“Pembangunan
tempat perahu dan tembok keliling punden ini dibangun sejak pemerintahan kepala
desa yang lalu, nah kalau cungkup punen ini masa saya dan nanti sesuai amanah
kepala desa yang dulu saya akan teruskan pula program pembangunan kolam di
bawah tempat perahu dan penambahan paving di area punden” ungkap Bapak Samat (42)
kepala Desa Ngraho yang baru, saat dikonfirmasi rencana kedepan penanganan
Perahu Besi kuno.
Dari
penuturan Bapak Muhsin (54), Kaur Pembangunan Desa Ngraho, ada pantangan bagi
kaum wanita masuk ke area Punden Mbah Pung Prodo ini. Kaum perempuan masyarakat
Desa Ngraho, sampai sekarang pun enggan masuk kelokasi punden. Bahkan jika ada
ternak, terutama kambing penduduk masuk ke area punden, kaum perempuan Desa
Ngraho membiarkannya karena takut untuk masuk kelokasi punden.
“Dahulu
kalau ada wanita masuk area punden sini pasti mendapat bala, atau peristiwa
buruk. Makanya sampai sekarang kaum wanita Desa Ngraho tidak ada yang berani
masuk sini. Biasanya ada ibu – ibu yang menggembala kambing, terus kambingnya
masuk punden, pasti dibiarkan saja nunggu kambingnya keluar punden. Soalnya g
berani ambil kambing yang masuk area punden” tutur Pak Muhsin.
Rantai Besi yang ditemukan Juli 2014 |
Namun
kini banyak pengunjung wanita dari luar daerah masuk untuk melihat – lihat temuan
perahu, dan tidak ada yang melarang. Seperti halnya Nunung Deanawati, peneliti
arkeologi dari Komunitas Banyu Nggawan Bojonegoro yang kala pendataan turut
serta. Bahkan perempuan lulusan Arkelogi Udayana tersebut, mengaku beberapa
kali datang melakukan penelitian di daerah tersebut.
Pemilihan
tempat perahu di lokasi punden, adalah karena lokasi tersebut tidak jauh dari
Bengawan dan tanahnya adalah tanah desa. Keberadaan perahu tersebut di area
punden dapat menambah nilai sejarah dan budaya masyarakat Ngraho. Adapun
kegiatan budaya masyarakat desa ini adalah setiap Jumat Pon pada bulan Suro
(Muharam), kaum laki-laki selalu melakukan manganan
(semacam sedekah bumi/nyadran) di punden Mbah Pung Prodo.
Bersama Perangkat Desa Ngraho, Kec. Gayam, Kab. Bojonegoro |
Novi BMW
PBB9, Kamis, 21/08/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar