Punden Gedong, Makam Tumenggung Surowiloyo |
Komunitas Banyu Nggawan Bojonegoro merupakan
komunitas pelestari Sejarah – Budaya di Kabupaten Bojonegoro. Pendataan potensi
Cagar Budaya yang dilakukan Penyuluh Budaya Bojonegoro sangat terbantu dengan
aktifnya komunitas tersebut. Seperti halnya saat pendataan potensi Cagar Budaya
di daerah Kecamatan Dander.
Sesampainya di lahan yang disebut masyarakat
dengan nama tanah Kebonpeteng, tim
menelusuri sekitar kompleks makam kuno yang terbentuk dari tumpukan batu bata
kuno berukuran besar. Salah satu makam disebutkan sebagai makam Mbah Surowiloyo.
Lokasi ini berada di
Desa Ngraseh, Kec. Dander.
Setiap tahun pada pasca panen & pasca
musim hujan pada hari Jum’at Pahing dilakukan manganan desa di area punden Mbah Surowiloyo. Punden ini
disebut pula punden Gedong, disini terdapat
sekitar 13 tumpukan struktur batu bata yang dibentuk makam. Punden ini terbagi
menjadi dua klaster, yaitu 11 makam berada di satu kotak klaster di sebelah
utara jalan dan 2 makam berada klaster selatan jalan.
Salah satu makam di
klaster sebelah utara adalah makam dari Mbah Surowiloyo. Siapakah beliau ini? Dalam buku Bunga
Rampai Sejarah Bojonegoro kita dapatkan nama Tumenggung
Surowiloyo, yang dahulu adalah salah satu Bupati di Mojoranu.
Nama area tanah punden
yang disebut “kebonpeteng”
mengingatkan kita pada lokasi pemakaman Adipati Matahun II dalam Bunga Rampai
Sejarah Bojonegoro. dalam buku itu disebutkan nama arae makam “karangpeteng”. Istilah “karang” atau “pekarangan” sama dengan lahan perkebunan atau “kebon”. Apakah ini berarti makam Adipati Matahun II juga di area
punden Gedong di dekat makam Mbah Surowiloyo?
Selepas pendataan di
Makam Tumenggung Surowiloyo, kemudian dilanjutkan menuju Punden Mbah Singoyudo.
Lokasinya berada di tengah makam Desa Sumberarum, Kec. Dander.
Situs ini cukup
istimewa, dimana batu nisan yang digunakan ternyata adalah dua patahan
prasasti. Namun sayang kondisinya kini telah aus, tanpa terlihat satu lekuk
ukiran aksara kunonya.
Singoyudo terkenal
dalam cerita masyarakat Bojonegoro sebagai penguasa yang memindahkan pusat
pemerintahan kadipaten dari Desa Blongsong (Sayang), Kec. Baureno, menuju Desa
Mojoranu. Kapan terjadinya proses pemindahan ibukota tersebut masih belum
jelas. Ia adalah bupati kedua setelah pusat pemerintahan di Jipang (wilayah
Blora) berpindah ke arah timur (wilayah Bojonegoro).
Selesai pendataan
makam kini berpindah haluan menuju gua – gua yang ternyata berdekatan satu
dengan lainnya. Masih di Desa Sumberarum, Kec. Dander, tim menelusuri 3 goa
yang lokasinya berdekatan.
Goa Sumur
Lubang vertikal Goa Sumur |
Goa ini lokasinya tidak jauh dari jalan raya Bojonegoro –
Nganjuk. Lokasinya berada ditengah persawahan warga. Goa ini disebut “Sumur”
karena memiliki lobang vertikal, dan juga didalam goa ini terdapat sungai bawah
tanah. Warga setempat memanfaatkan keberadaan sungai dalam goa Sumur sebagai
sumber irigasi di area pertanian mereka. Maka jangan heran jika wujud
kreatifitas masyarkat setempat, menempatkan pompa air (mesin diesel) di dalam
goa ini :’(
Mesin Diesel di dalam Goa Sumur |
Saat masuk kedalam goa, tim disambut oleh seekor ular dibalik
batu – batuan karang purba. Selain sumber mata air, goa ini ternyara juga
dikenal sebagai goa ular. Hal ini dikarenakan dahulu dijadikan sarang ular.
Goa Lowo
Kunjungan berikutnya adalah menuju Goa Lowo. Goa ini memiliki
lorong cukup lebar. Namun sayang kini “lowo”
(kelelawar) penghuni goa telah tiada lagi. Dahulu sebeum hutan di sekitar goa
dibabat habis, kelelawar banyak menghuni goa ini. Namun kini satu pun tak
tersisa lagi.
Goa Menggah
Goa Menggah |
Inilah sedikit cerita
perjalanan bersama teman – teman komunitas di Bojonegoro. Adapun penelusuran
akan terus berlanjut ke desa – desa lainnya. Apakah di desa anda memiliki
potensi sejarah?? Ayo berbagi & belajar bersama kami....
Novi BMW
PBB12,
Kamis, 02/10/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar