Proses Pengangkatan Prahu Kayu Kuno Padang |
Penemuan
“bangkai” perahu kuno di Desa Padang,
Kec. Trucuk, Kab. Bojonegoro pada tahun 2005 menunjukkan bahwa dahulu kala
aliran Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas pelayaran yang
sangat ramai. Awal penemuan bangkai kapal dari ketidak sengajaan seorang anak
bernama Andrik yang bermain dipinggir Bengawan Solo. Bongkahan kayu yang
terbenam di bawah pasir bengawan kala itu dibongkar olehnya.
Temuan perahu sungai kuno di Pulau Jawa barulah ada
di Kabupaten Bojonegoro. Temuan tersebut adalah Perahu Kayu di Desa
Padang, Kec. Trucuk (2005), Perahu Besi di Desa Kalang, Kec. Margomulyo (2012)
dan Perahu Besi di Desa Ngraho, Kec. Gayam (2013). Sebenarnya masih ada
beberapa temuan perahu, contohnya temuan perahu Kolonial di Desa Banjarsari,
Kec. Trucuk (2008), namun kini entah kemana rimbanya.
Kunjungan
anggota PASAK & BNB pada hari Kamis, 08 Januari 2015 di lokasi temuan
Perahu Kayu Kuno di Desa Padang menemukan kondisi yang sangat mengenaskan. Lokasi
yang berada di tengah sawah tanpa diberikan perlindungan bangunan beratap
membuat cepatnya proses kerusakan akibat cuaca. Pagar keliling yang sepertinya
dahulu pernah berdiri membatasi area perahu pun kini telah hancur dan hanya
meninggalkan papan pintu yang kini tidak lagi berfungsi sebagai pintu.
Perahu Padang |
Informasi pada awal pengangkatan perahu pada tahun
2005 masih dapat dilihat bentuk perahu. Namun kini kondisi kayu-kayu telah
rontok dan terlepas dari ikatan yang semula. Sehingga tidak membentuk perahu
lagi, melainkan bilah – bilah kayu yang terlepas dari kerangka bentuk perahu.
Kondisi mengenaskan terlihat pada dinding barat
kolam penempatan perahu yang roboh. Reruntuhan dinding ini menimpa struktur
kayu bangkai perahu kuno. Sehingga menambah kerusakan pada bilah – bilah kayu,
dan terlihat gading perahu yang terangkat karena tertimpa struktur bangunan
yang roboh tersebut.
Add caption |
Perahu Kayu Kuno Desa Padang ini memiliki inskripsi
angka tahun 1612, maka usianya jelas lebih dari kriteria minimal Cagar Budaya,
yaitu 50 tahun. Dari temuan yang ada di sekitar perahu, maka perahu ini berada
pada masa kurun waktu pemerintahan Kesultanan Mataram. Temuan Perahu Kayu kuno
di Desa Padang ini memberikan arti penting bagi penelitian Sejarah Nasional
Indonesia, khususnya pulau Jawa. Karena temuan perahu ini menjadi bukti
pelayaran jalur sungai, khususnya Bengawan Solo dari hulu kehilir (maupun sebaliknya)
masih dipertahankan hingga masa VOC bahkan kolonial Belanda. Jalur perdagangan
dan distribusi komoditi dari pusat – pusat pemerintahan di pedalaman menuju
luar pulau Jawa berperan penting dalam eksistensi peradaban masyarakat Jawa.
Kondisi perahu Padang terkena reruntuhan Kolonial |
Pernah adanya pelabuhan – pelabuhan pinggirsungai di
sepanjang Bengawan Solo yang terabadikan dalam Prasasti Canggu (1280 Çaka), dan
juga temuan bangkai perahu masa Kesultanan Mataram serta Kolonial Belanda di
Kabupaten Bojonegoro, membuktikan bahwa ramainya lalulintas diperairan Bengawan
Solo masih berlanjut dari masa kerajaan bercorak Hindu – Buda hingga masa
kolonial Belanda. Namun seiring perkembangan zaman, terutama semakin baiknya alat
transportasi & jalur lalulintas melalui darat, maka pelan – pelan jalur
lalulintas (pelayaran) Sungai ditinggalkan.
Novi BMW
Novi BMW
PBB17, Kamis, 15/01/2015
halo-halo kunjungan budaya :D
BalasHapushttp://adigunaku.blogspot.com
bagaimana dengan adanya pasar sungai tersebut ? kira-kira terjadi pada tahun berapa ya ? terimakasih...
BalasHapus