Samsul
Hadi (Kepala Desa Kanten) bercerita tentang beberapa potensi kebudayaan di
Desanya, antara lain mengenai seorang Dalang Wayang Purwa Bapak Sutikno (62)
dan Sukarji dengan Group “Moro Seneng”. Alamatnya adalah Rt.07, Rw.02, Dukuh
Pasinan, Desa Kanten, Kec Trucuk.
Sutikno |
Koleksi
Wayang banyak yang rusak, bahkan banyak yang ditembel dengan kertas, ada pula
koleksi wayang yang diganti dengan wayang kertas. Untuk “tanggapan” (undangan pagelaran) sangat jarang, bahkan hampir tidak
ada. Kegiatan rutin pun hanya acara tahunan pagelaran di desa Kanten sendiri.
Untuk keberlangsungan eksistensinya maka Pak Sutikno sering menyewakan alat
gamelannya untuk kegiatan reog, maupun acara wayang dari kelompok lain.
Sutikno adalah saudara ipar Sukarji. mereka
tergabung dalam grup Budaya “MORO SENENG”. Diuangkapkan, bahwa Pak Sutikno
bukanlah dalang, hanya main-main wayang saja. Dahulu pengadaan seperangkat
gamelan untuk hiburan masyarakat Kanten saja. Namun setelah membeli wayang beliau
dipercaya oleh teman-temannya untuk menjadi Dalang. Iapun belajar menjadi
dalang secara otodidak dengan membeli buku pakem pedalangan serta tekat yang
kuat dilandasi cinta terhadap kesenian leluhur tersebut.
Desa
Kanten juga memiliki Group Reog yang dipimpin oleh Bapak Sumaji lebih dahulu
berdiri sebelum Group Moro Seneng ada. Namun kendala lalat musik menjadikan
group reog ini bergbung dan kerjasama dengan Group Moro Seneng milik Dalang
Sutikno.
Danyang Mbah Mangunsari |
Desa
Kanten memiliki tempat keramat yaitu “Gunung Bucu”. Gunung Bucu merupakan
tempat keramat, dimana pada puncak bukit terdapat batu alam yang terdapat
bentuk mirip bekas orang bertapa. Selain itu di salah satu lereng gunung
terdapat gua Bucu.
Danyang
Mbah Mangunsari berlokasi dekat dengan Balai Desa Kanten. Sayang sekali
masyarakat masih belum mengetahui asal usul atau cerita tentang Mbah Mangunsari.
Dahulu secara rutin masyarakat Kanten melakukan “manganan” (sedekah bumi) di
punden ini, namun seiring kuatnya pelajaran dan pemahaman agama islam pada masa
dikemudian hari menjadikan kegiatan tersebut tidak lagi dilakukan secara
massal.
Punden Sembung
dahulu ditemukan setruktur bangunan dari batu alam saat penggalian tanah
pekarangan di punden sembung. Kini punden tersebut menjadi lahan pertanian
sedangkan wujud punden tinggal tumbukan batu yang diatasnya terdapat makam
baru. Selain ditemukan struktur batu juga ditemukan kerangka dan tengkorak
manusia dan sumur kuno yang kini telah ditutup.
Desa
Kanten dikenal juga dengan Desa Wedok (perempuan). Sebutan tersebut ada
hubungannya dengan Sendang Ayu yang berada di belakang balai desa Kanten.
Dipercaya dalam sendang tersebut terdapat penunggu yang disebut Danyang Wedok
Sumber Air Asin |
Novi BMW
PBB10, Kamis, 28/08/2014