Rabu, 14 Januari 2015

PERAHU KUNO BOJONEGORO KEREN (tanpa N)

Proses Pengangkatan Prahu Kayu Kuno Padang
Penemuan “bangkai” perahu kuno di Desa Padang, Kec. Trucuk, Kab. Bojonegoro pada tahun 2005 menunjukkan bahwa dahulu kala aliran Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas pelayaran yang sangat ramai. Awal penemuan bangkai kapal dari ketidak sengajaan seorang anak bernama Andrik yang bermain dipinggir Bengawan Solo. Bongkahan kayu yang terbenam di bawah pasir bengawan kala itu dibongkar olehnya.

Temuan perahu sungai kuno di Pulau Jawa barulah ada di Kabupaten Bojonegoro.   Temuan tersebut adalah Perahu Kayu di Desa Padang, Kec. Trucuk (2005), Perahu Besi di Desa Kalang, Kec. Margomulyo (2012) dan Perahu Besi di Desa Ngraho, Kec. Gayam (2013). Sebenarnya masih ada beberapa temuan perahu, contohnya temuan perahu Kolonial di Desa Banjarsari, Kec. Trucuk (2008), namun kini entah kemana rimbanya.

Kunjungan anggota PASAK & BNB pada hari Kamis, 08 Januari 2015 di lokasi temuan Perahu Kayu Kuno di Desa Padang menemukan kondisi yang sangat mengenaskan. Lokasi yang berada di tengah sawah tanpa diberikan perlindungan bangunan beratap membuat cepatnya proses kerusakan akibat cuaca. Pagar keliling yang sepertinya dahulu pernah berdiri membatasi area perahu pun kini telah hancur dan hanya meninggalkan papan pintu yang kini tidak lagi berfungsi sebagai pintu.
  

Perahu Padang


Informasi pada awal pengangkatan perahu pada tahun 2005 masih dapat dilihat bentuk perahu. Namun kini kondisi kayu-kayu telah rontok dan terlepas dari ikatan yang semula. Sehingga tidak membentuk perahu lagi, melainkan bilah – bilah kayu yang terlepas dari kerangka bentuk perahu.

Kondisi mengenaskan terlihat pada dinding barat kolam penempatan perahu yang roboh. Reruntuhan dinding ini menimpa struktur kayu bangkai perahu kuno. Sehingga menambah kerusakan pada bilah – bilah kayu, dan terlihat gading perahu yang terangkat karena tertimpa struktur bangunan yang roboh tersebut.

Add caption
Perahu Kayu Kuno Desa Padang ini memiliki inskripsi angka tahun 1612, maka usianya jelas lebih dari kriteria minimal Cagar Budaya, yaitu 50 tahun. Dari temuan yang ada di sekitar perahu, maka perahu ini berada pada masa kurun waktu pemerintahan Kesultanan Mataram. Temuan Perahu Kayu kuno di Desa Padang ini memberikan arti penting bagi penelitian Sejarah Nasional Indonesia, khususnya pulau Jawa. Karena temuan perahu ini menjadi bukti pelayaran jalur sungai, khususnya Bengawan Solo dari hulu kehilir (maupun sebaliknya) masih dipertahankan hingga masa VOC bahkan kolonial Belanda. Jalur perdagangan dan distribusi komoditi dari pusat – pusat pemerintahan di pedalaman menuju luar pulau Jawa berperan penting dalam eksistensi peradaban masyarakat Jawa.


Kondisi perahu Padang terkena reruntuhan Kolonial
Pernah adanya pelabuhan – pelabuhan pinggirsungai di sepanjang Bengawan Solo yang terabadikan dalam Prasasti Canggu (1280 Çaka), dan juga temuan bangkai perahu masa Kesultanan Mataram serta Kolonial Belanda di Kabupaten Bojonegoro, membuktikan bahwa ramainya lalulintas diperairan Bengawan Solo masih berlanjut dari masa kerajaan bercorak Hindu – Buda hingga masa kolonial Belanda. Namun seiring perkembangan zaman, terutama semakin baiknya alat transportasi & jalur lalulintas melalui darat, maka pelan – pelan jalur lalulintas (pelayaran) Sungai ditinggalkan.

Novi BMW
PBB17, Kamis, 15/01/2015

2 komentar:

  1. halo-halo kunjungan budaya :D
    http://adigunaku.blogspot.com

    BalasHapus
  2. bagaimana dengan adanya pasar sungai tersebut ? kira-kira terjadi pada tahun berapa ya ? terimakasih...

    BalasHapus