Aksi Masnoen (Foto : Kloeksi pribadi) |
Cinta pertama memang sulit terlupa, begitulah pengalaman Masnoen
semenjak Perkenalan pertamanya dengan Sandur di masa SMA. Cinta pria kelahiran
tahun 1973 ini pada Sandur hingga kini belum sirna. Bahkan boleh dikata semakin
hari semakin membuncah, hal ini terlihat dengan semangatnya untuk membangun
sebuah kampung untuk Sandur.
Perkenalan pertama pria yang lahir di Tuban ini dengan Sandur
diakuinya saat ia mengenyam pendidikan di SMAN 3 Bojonegoro (1992-1994). Dalam
perantauan pada masa – masa remaja yang penuh gairah & pencarian jatidiri
inilah ia diperkenalkan oleh Mbah Kadi (alm) dengan Sandur.
Selepas SMA, Masnoen muda pun merantau ke Yogyakarta untuk menimba
ilmu Kesenian di Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogya). Dalam
perantaunnya yang dipenuhi kerinduan terhadap Sandur, iapun berinisiatif
mendirikan Group Kesenian Sandur di Yogyakarta.
Pada masa kuliah inilah Masnoen muda bertemu dengan penari cantik
jelita, Winarti namanya. Cintapun bersemi hingga berujung pada pernikahan dua
sejoli tersebut. Namun, cinta Sandur membuat Masnoen menetapkan diri untuk
kembali ke Bumi Bodjanegara. Ia bergabung dengan Mbah Kadi Cs yang telah
mempertemukan garis hidupnya dengan Sandur.
Demi Sandur, akhirnya jalan menjadi Germo pun diterjuni oleh Masnoen.
Selepas wafatnya Mbah Sukadi (Mbah Kadi) pada tahun 2011 lalu, kini Masnoen pun
menjadi Germo senior di Kabupaten Bojonegoro.
Masnoen Sang Germo (Foto : Koleksi Sayap Jendela) |
Untung Winarti, wanita yang menjadi istri Masnoen merupakan sosok wanita
yang sabar dan setia menghadapi kenyataan, bahwa suaminya masih memperjuangkan
cinta pada Sandur. Kesabaran dan kesetiannya tersebut terbukti dari
kesediaannya turut andil dalam mendirikan sebuah organisasi bernama Sayap
Jendela.
Sandur.. Sandur... Sandur... siapa dan apa sebenarnya dia itu?
Sandur adalah salah satu jenis teater rakyat tradisional. Sebuah seni
pertunjukan tradisional yang mengkombinasikan antara seni drama, tari,
karawitan dan ada pula seni keahlian akrobatiknya, yaitu “kalongking”. Drama
dalam Sandur sering mengangkat cerita lokal yang menggambarkan kehidupan
masyarakat sehari – hari.
Tokoh Germo yang dilakoni
Masnoen digambarkan memiliki karakter tetua, bijaksana dan merupakan
identifikasi sebagai seorang pemimpin. Dalam pagelaran Sandur, peran seorang Germo lebih terlihat sebagai sutradara,
dalang, dan sekaligus berperan sebagai dukun jika terjadi trans[5].
Akhir tahun ‘80-an dan awal tahun ‘90-an, kesenian Sandur mulai
diangkat lagi setelah mati suri pasca tragedi ‘65. Kelompok Sandur “Sekar Sari”
pimpinan Sukadi (Mbah Kadi alm) menghidupkan kembali sandur di wilayah
Bojonegoro. Mbah Sukadi memiliki murid yang sekarang menjadi maestro Sandur di
Bojonegoro, yaitu Masnoen. Masnoen pertama kali mengenal Sandur sejak SMA dididik
olah Mbah Sukadi. Sekarang Masnoen
membina beberapa kelompok Sandur, antara lain Sandur “Kembang Desa”, Kelurahan
Ledok Kulon, dan “Invalid-Lorong Putih” SMAN 1 Bojonegoro.
Anak didiknya yang benama Mukarom pun kini membina teater SMPN 1
Bojonegoro dengan Kelompok Sandur “Putih Biru”, juga Sandur anak di SD
Muhammadiyah 2, kemudian di SMAN 4 Bojonegoro dengan “RARAS Bojonegoro”, dan
Sandur anak Ngangkatan, Desa Mulyoagung. Moch. Mustakim (Takim) membina
kelompok Sandur SDN Panjunan II. Adapula Moch. Surono membina teater SMP
Muhammadiyah 9 Bojonegoro.
Kegigihan perjuangan kesenian Masnoen semakin menjadi – jadi. Kolaborasi
apik dengan seniman Djagat Pramudjito, Eko Priyatno, dan istrinya sendiri Winarti,
melahirkan sebuah wadah perjuangan kesenian yang semakin besar. Tahun 2011
lahirlah organisasi Sayap Jendela Art
Laboratori, sebuah lembaga pengembangan dan pemberdayaan potensi seni di
Kabupaten Bojonegoro. Organisasi yang bermarkas di Jl. Kapten Ramli No. 0,
RT.002, RW.004, Kelurahan Ledok Kulon, Bojonegoro inilah rumah budaya yang
melahirkan seniman – seniman muda ternama di Bojonegoro. Selain Sandur, kini
telah lahir beberapa komunitas seni yang dikembangkan Sayap Jendela.
Eko Peye - Masnoen - Winarti - Djagat Pramudjito (Foto : Koleksi Sayap Jendela) |
Adapun bidang – bidang kesenian
yang berkembang dalam naungan organisasi Sayap Jendela adalah sebagai berikut:
1.
Bidang Seni Rupa, (koordinator : Eko Priyatno)
a.
Studio Garis Bebas
b.
Komunitas Arti Rupa Bojonegoro
c.
Bojonegoro Sket Drawing
d.
Fotografi Asal Jepret
2.
Bidang Teater dan Film, (Koordinator : Masnoen)
a.
Sandur Kembang Desa
b.
Teater Antitesis
c.
Pantomim Ekspresif Mime Bojonegoro
d.
Sarap Mata : Komunitas Gambar Hidup
3.
Bidang Tari
(Koordinator : Winarti)
· Sangar Tari Hayu Ningrat Bojonegoro
4.
Bidang Musik (Koordinator : Djagat Pramudjito)
a. Oklik Bojonegoro
b. K2dORKesTra (Kelompok Kreatif dan Olah Rasa Kesenian Tradisional)
c.
OKB (Orkes Keroncong Bojonegoro)
d.
Komunitas Seni Bunyi-bunyian Rumah Sakit Jiwa
Bojonegoro (RSJ)
e.
Tutak Tutuk Gatuk (TTG)
Novi BMW
PBB19, (untuk 29/01/2015 lalu)
[1] Sebutan para penyanyi
tembang-tembang pengiring
[2] Peniup gong yang terbuat
dari bumbung/bambu besar
[3] Pemain akrobat adegan Kalongking (naik & menari di atas sebuah tali yang
di ikat pada dua buah tiang bambu yang menjulang tinggi)
[4] Pembantu Germo menanganiTukang
Njaran pada saat ndadi atau in trance; link terkait http://www.sayapjendela.com/2015/02/sandur-riwayatmu-dulu.html
Riwayatmu dulu sipp eh pak e 👍
BalasHapus