Sabtu, 12 April 2014

SUMBANG TIMUN, PELABUHAN SUNGAI KERAJAAN MAJAPAHIT


 Lokasi Desa Sumbang Timun
Sumber Peta         www.google.com/maps/ 
Kreasi                     : Novi BmW
Sumbang Timun, merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Kandangan di bagian selatan, Desa Pagarwesi di sebelah timur, dan Desa Kanten di sebelah barat-utara.
Dilihat dari topografinya terlihat bahwa Desa Sumbang Timun terletak dan dikelilingi pada bekas meander (aliran sungai) Bengawan Solo Kuno, yang kini telah mati. Hal ini dapat terlihat jelas pada peta satelit yang menunjukkan relief bekas aliran bengawan kuno tersebut.
Dari caratatan sejarah, nama “sumbang” mengingatkan pada salah satu naditirapradesa (desa pelabuhan pinggir sungai) pada zaman Kerajaan Majapahit. Informasi ini dapat dilihat pada Prasasti Canggu (1280 Çaka). Dimana dalam prasasti ini disebutkan penghargaan kepada seluuruh desa pelabuhan di sepanjang aliran Bengawan Sigarada (Brantas) dan juga sepanjang aliran Bengawan Wulayu (Bengawan Solo). Adapun beberapa penambangan pelabuhan di sepanjang aliran Bengawan Solo kuno secara berturut-turut dari hilir ke Hulu adalah sebagai beriku :

Lempeng 5 sisi depan (recto):
4.        ..........................[1] muwah prakāraning naditira pradeça sthānaning anāmbangi i madantĕn, i waringin wok, i bajrapura, i
5.       sambo, i jerebeng, i pabulangan, i balawi, i luwayu, i katapang, i pagaran, i kamudi, i parijik, i parung, i pasi-
6.       wuran, i kedal, i bhangkal, i widang, i pakbohan, i lowara, i duri, i raçi, i rewun, i tgalan, i dalangara, i

Lempeng 5 sisi belakang (verso):
1.       sumbang, i malo, i ngijo, i kawangen, i sudah, i kukutan, i balun, i marebo, i turan, i jipang, i ngawi, i wangkalang,
2.       i pnuh, i walung, i barang, i pakatelan, i wareng, ing amban, i kembu, i wulayu, sarwwe, ika ta kabeh, naditirapradeça.... (Pigeaud, 1960).

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Lempeng 5 sisi depan (recto):
4.       ................................ Bukul, di Çurabhaya, Juga segala macam masalah di wilayah pinggir sungai tempat penyebrangan di Madanten, di Waringin Wok, di Bajrapura, di
5.       Sambo, di Jerebeng, di Pabulangan, di Balawi, di Luwayu, di Katapang, di Pagaran, di Kamudi, di Parijik, di Parung, di Pasi-
6.       wuran, di Kedal, di Bhangkal, di Widang, di Pakbohan, di Lowara, di Duri, di Raçi, di Rewun, di Tgalan, di Dalangara, di

Lempeng 5 sisi belakang (verso):
  1.  Sumbang, di Malo, di Ngijo, di Kawangen, di Sudah, di Kukutan, di Balun, di Marebo, di Turan, di Jipang, di Ngawi, di Wangkalang,
  2. di Pnuh, di Walung, di Barang, di Pakatelan, di Wareng, di Amban, di Kembu, di Wulayu, itulah seluruh, wilayah pinggir sungai.... (Munib, 2011: 66-67). 
Penyebutan desa-desa pelabuhan di Bengawan Solo dilakukan secara runut dari muara hingga hulu Bengawan Solo di sekitar daerah Surakarta dan Karanganyar, Jawa Tengah. Adapun pelabuhan di pinggir Bengawan Solo yang berada di sekitar Kabupaten Bojonegoro (termasuk di perbatasan Tuban dan Blora) adalah sebagai berikut :

1.       naditirapradesa Widang
Desa Widang hingga sekarang masih tetap sama bernama Desa Widang Kec. Widang, Kab. Tuban, daerah ini bersebrangan dengan Wilayah Babad, Lamongan dan Kec. Baureno, Kab. Bojonegoro.

2.       naditirapradesa  pakbohan, lowara, duri, raçi, rewun, tgalan, dan dalangara
Hingga kini masih belum dapat diidentifikasi, kemungkinan berada di sekitar Kecamatan Baureno, Kanor, Balen hingga Bojonegoro kota.

3.      naditirapradesa Sumbang
Terdapat dua nama Desa Sumbang di Kabupaten Bojonegoro yang berada di pinggir Bengawan Solo, yaitu Desa Sumbang, Kec. Kota Bojonegoro, dan Desa Sumbang Timun Kecamatan Trucuk. Namun dari data Peta Belanda tahun 1883, didapati bahwa nama asli Desa Sumbang yang berada di Kecamatan kota adalah Soemboeng (*baca = Sumbung). Oleh karenanya, penulis lebih cenderung menempatkan bekas desa pelabuhan kuno sumbang adalah Desa Sumbang Timun. Apalagi jaraknya dengan pelabuhan berikutnya, yaitu malo masih masuk akal, melihat perbandingan pelabuhan-pelabuhan sebelumnya.
lokasi Soemboeng, dalam Peta tahun 1883
Sumber Peta         : www.kitlv.nl
Kreasi                     : Novi BmW
4.       naditirapradesa Malo
"Malo" kini menjadi nama ibukota Kecamatan Malo, Kabuapten Bojonegoro

5.       naditirapradesa Ngijo
Hingga kini belum dapat di identifikasi

6.      naditirapradesa Kawangen
Identifikasi Desa Kawangen masih kita dapati dua toponim yaitu Desa Kawengan, Kec. Kadewan dan dukuh Kwangen, Kec. Kalitidu.

7.       naditirapradesa Sudah
Kemudian disebutkan adanya Desa Sudah, yang hingga sekarang masih menjadi nama desa di Kec. Malo

8.       naditirapradesa Kukutan
Desa Kukutan belum dapat diidentifikasi

9.       naditirapradesa Balun
Desa Balun hingga sekarang masih menjadi nama desa di Kec. Cepu, Kab. Blora. Posisinya berada di sebrang Kec. Padangan, Kab. Bojonegoro.

10.       naditirapradesa Marebo dan Turan
Desa Marebo dan Turan  belum dapat diidentifikasi

11.       naditirapradesa Jipang
Desa Jipang hingga sekarang masih dapat ditemukan berada di Kec. Cepu, Kab. Blora. Nama desa ini tidak asing lagi bagi Sejarah Indonesia, dimana dahulu pernah menjadi pusat pemerintahan Adipati Jipang-Panolan, yaitu Aryo Penangsang.

Itulah beberapa desa pelabuhan kuno di sepanjang aliran Bengawan Solo masa Majapahit, yang berada di sekitar Kabupaten Bojonegoro. adapun salah satu pelabuhannya adalah Desa Sumbang, yang diidentifikasi sekarang menjadi Desa Sumbang Timun, Kec. Trucuk. Dimana dari peta satelit dan kajian topografi, desa ini berada dan dikelilingi bekas meander Bengawan Solo kuno.
Untuk lebih memperkuat, hipotesa di atas, maka perlu dicari bukti-bukti arkeologis ke desa Sumbang Timun. Diharapkan penemuan data-data atau bukti arkeologis tersebut dapat menguak sejarah serta peran penting wilayah Sumbang Timun dimasa dahulu. Sehingga dapat menjadi acuan kebijakan untuk pembangunan Desa Sumbang Timun serta Kecamatan Trucuk kedepannya.


Daftar Rujukan   :
Munib, N.B. 2011. Dinamika Kekuasaan Raja Jayakatwang di Kerajaan Glang-Glang Tahun 1170 - 1215 Caka: Tinjauan Geopolitik . Malang : Univ. Negeri Malang
Pigeaud, Th G T. 1960. Java in the fourteenth century: A study in cultural history: The Nagarakrtagama by Yakawi Prapanca of Majapahit 1365 AD. Vol I. The Hague: Martinus Nijhoff.


Novi BMW
PBB01



[1] Lempeng 5 depan baris 1-4 awal menyebutkan desa-desa pelabuhan di pinggir Bengawan Sigarada (Brantas) hingga muara sungai di pelabuhan Curabhaya.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar