Selasa, 16 Juli 2013

PATIH MANGUN SUMENEP

Kompleks Makam Patih Mangun
(Foto : Munib, 17/02/2013)
Pada tahun 1795, Prancis di bawah Napoleon Bonaparte berhasil menguasai Belanda, sehingga Raja Williem V melarikan diri ke Inggris. Pemerintah Inggris mendapatkan keuntungan dengan suaka yang diberikan kepada Raja williem V. Dengan diadakannya perjanjian yang di kenal dengan “Surat-Surat Kew”. Dokumen tersebut memerintahkan agar semua pejabat jajahan Belanda menyerahkan wilayahnya kepada orang-orang Inggris supaya dijaga dan tidak jatuh kepihak Prancis (Ricklefs, M.C. 2008).
Di Sumenep sempat terjadi insiden, dimana terjadi kesalah pahaman antara pihak militer VOC yang didukung pasukan Sumenep di bawah pimpinan Patih Mangundirjo dengan kedatangan Pasukan Inggris di Sumenep. Terjadilah pertempuran, sehingga kubu Sumenep kalah dan Patih Mangun gugur beserta pasukannya.
Babad Sumenep (Werdisastra. 1921), menceritakan peristiwa gugurnya Patih Mangun terjadi pada hari jumat tanggal 10 bulan Sya’ban tahun Jawa 1728. Jika dikorelasikan dengan isi Prasasti Kuda Terbang pada cungkup makam Patih Mangundirjo, kala itu bertepatan dengan tahun 1211 Hijriyah atau ANNO 1796 (1796 M).
Prasasti Kuda Terbang Makam Patih Mangun
(Foto : Munib, 17/02/2013)
Peran besar Patih Mangun di Sumenep, terlihat dalam pembangunan kompleks makamnya. Arsitek dan ornamentasi interior kubah makam sangat indah. Bahkan Jirat (kijing) makam nya bergaya Eropa sangat kental, kemegahannya pun mengalahkan jirat-jirat pada kompleks makam induk, milik para Rato.  Dari pembangunan makam yang megah ini, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penguasa Sumenep maupun pemerintahan Kolonial (VOC kala itu) sangat menghargai jasa-jasa Patih Mangundirejo.
Kijing Makam Patih Mangun
(Foto : NB Munib, 17/02/2013)
Di dalam cungkup makam Patih Mangun terdapat tiga buah makam. Yaitu makam Patih Mangundirejo sendiri, disebelah baratnya terdapat makam yang telah rusak, kemungkinan Istri beliau dan makam ketiga adalah makam Putra Patih Mangun. Sedangkan di depan Cungkup kubah Makam Patih Mangun masih terdapat makam-makam kuno, yang telah rusak dan aus tulisan pada batu nisannya.
Terdapat enam (6) prasasti yang masih dapat dengan jelas dibaca pada cungkup makam Patih Mangun ini. Yakni :
1.      Prasasti Kuda Terbang. Prasasti ini terbuat dari Batu Marmer yang terletak di atas pintu masuk kubah makam Patih Mangun. Uniknya ditengah batu yang berbentuk oval tersebut di ukir relief Kuda terbang. Pada relief tersebut terukir prasasti dengan tiga jenis aksara pada area kepala, area badan, dan area ekor. Pada sekitar relief kepala kuda bertulis dengan aksara Arab, pada badan relief kuda beraksara Jawa Baru, dan pada ekor relief kuda beraksara latin Belanda.
2.      Prasati Bulan Sabit. Prasasti ini terbuat dari batu marmer yang diletakkan pada dinding kubah, sebelah barat pintu masuk kubah Makam Patih Mangun.  Tulisan pada prasasti ini menggunakan aksara Jawa Baru.
3.      Prasasti pada batu Nisan Patih Mangun sebelah utara. Terbuat dari batu marmer dengan tulisan beraksaa Arab menyebar pada batu nisan. Berisi doa dan ayat suci Al-Qur’an.
4.      Prasasti pada batu Nisan Patih Mangun sebelah selatan. Terbuat dari batu marmer dengan tulisan aksara jawa baru.
5.      Prasasti pada batu Nisan Putra Patih Mangun sebelah utara. Terbuat dari batu marmer dengan tulisan aksara arab. Berisi doa dan kutipan ayat suci Al-Qur’an.
Prasasti pada batu Nisan Putra Patih Mangun sebelah selatan. Terbuat dari batu marmer dengan tulisan aksara arab dan jawa baru. Uniknya prasasti beraksara jawa berada di sulur samping kanan dan samping kiri batu nisan. Prasasti ini berangka tahun 1222 H (1807 M).

POTENSI CAGAR BUDAYA :

Nama                           : Makam Patih Mangun
Alamat                         : Asta Tinggi, Kompleks Makam Patih Mangun
 Desa/Kelurahan           : Kebonagung
Kecamatan                  : Kota Sumenep
 Kabupaten/Kota          : Sumenep
Provinsi                       : Jawa Timur

Batas                           :
a.       Timur                           : Kompleks makam kuno yang tertimbun pepohonan dan semak belukar
b.      Utara                           : Kompleks makam kuno yang tertimbun pepohonan dan semak belukar
c.       Barat                           : Kompleks makam M1 dan M2
d.    Selatan                        : Jurang dan goa buatan sebagai bahan bangunan makam di Asta Tinggi
Kondisi    :
Tidak terawat sehingga area cungkup makam ditumbuhi semak belukar. Dan tempat bermain keluarga anjing liar dari hutan disekitar bukit Asta Tinggi.
Salah Satu Anjing liar di sekitar Makam Patih Mangun
(Foto : NB Munib, 24/02/2013) 
Potensi kriteria Cagar Budaya sesuai UU Cagar Budaya No.11 Tahun 2010 (Pasal 5-10)
       Usia :
Bangunan makam Kyai Wiradipura dibangun pada tahun 1211 Hijriyah (1796 M) atau 217 tahun yang lampau. Jadi, dilihat dari kriteria usia bangunan, maka makam Patih Mangundirejo memenuhi syarat Kriteria Cagar Budaya sesuai Pasal 5 poin “a”.
Masa Gaya :
Gaya dan bahan bangunan Cungkup makam Patih Mangundirejo memiliki gaya khas masa Islam kolonial. Dimana perpaduan antara gaya lokal dan eropa gothic sangat kental. Biasanya berbentuk kubah. Untuk gaya Jirat merupakan jirat termegah gaya Eropa di kompleks makam Asta Tinggi. Kemegahan Jirat (kijing) ini bahkan melebihi para Raja di Kompleks makam Raja-raja Asta Tinggi. Batu nisannya pun berbahan baku Batu Marmer yang terukir indah dengan bahasa jawa dan Arab. Dari anasir awal ini sangat jelas bahwa Makam Patih Mangun sangat unik dan mewakili masa gaya zaman abad 18.
Arti khusus :
Memiliki arti penting bagi ilmu arsitektur, ilmu arkeologi, budaya dan sejarah perjuangan Sumenep.
Nilai Budaya:
Ornamentasi dan Arsitektur bangunan memperlihatkan Akulturasi budaya Eropa, Madura, dan Timur Tengah (Islam). 
Bekas Perusakan (di congkel) pada Kijing Makam Patih Mangun
(Foto : NB Munib, 24/02/2013)

Pustaka :
Munib, NB. 2013. Laporan Penelitian Triwulan I Pamong Budaya Non PNS Kabupaten Suemenep. Sumenep.
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern : 1200 – 2008. Jakarta : PT. SERAMBI ILMU SEMESTA
Werdisastra, R. 1921. Babad Songennep. Jakarta : Balai Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar